Senin, 09 April 2012

PENUAAN DAN KESEHATAN

Hari Kesehatan Sedunia yang diperingati setiap tanggal 7 April serupa dengan tanggal berdirinya Organisasi Kesehatan Sedunia atau World Health Organization (WHO) tahun 1948. Peringatan Hari Kesehatan Sedunia merupakan momentum bagi para pimpinan negara di dunia bersama seluruh lapisan masyarakat untuk fokus pada tantangan kesehatan yang berdampak global, khususnya masalah kesehatan baru dan masalah kesehatan yang mengemuka atau new and emerging health issues.

Demikian sambutan Menteri Kesehatan yang disampaikan oleh Wakil Menteri Kesehatan Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc., Ph.D pada upacara bendera dalam rangka peringatan Hari Kesehatan Sedunia ke-64 di kantor Kementerian Kesehatan Jakarta (09/04).

Topik Hari Kesehatan Sedunia tahun 2012 adalah Ageing and Health atau penuaan dan kesehatan. Sementara tema yang diangkat adalah Good health adds life to years yang berarti Kesehatan yang baik memperpanjang usia dan kehidupan. Tema  nasional yang dipilih adalah Menuju Tua Sehat, Mandiri dan Produktif. Hal ini sesuai dengan aspirasi masyarakat bahwa lansia harus menjalankan gaya hidup sehat, dilibatkan, dan dapat berkontribusi dalam kehidupan sosial di masyarakat. 
Prof. dr. Ali mengingatkan, pemerintah perlu mengambil langkah-langkah yang perlu  untuk menyikapi meningkatnya masalah lansia di masa mendatang. Hal tersebut dikarenakan penduduk dunia dengan usia diatas 60 tahun bertambah sangat cepat, bahkan tercepat dibanding kelompok usia lainnya.

“Pada tahun 2025 diperkirakan akan terdapat 1,2 milyar lansia yang merupakan 21% dari total populasi dunia dan sekitar 80% diantaranya hidup di negara berkembang. Penduduk Indonesia diprediksi akan tumbuh berlipat ganda dalam dua dekade mendatang," ujar Prof. dr. Ali.

Prof. dr. Ali mengatakan populasi lansia di Indonesia terus berkembang dan dikhawatirkan akan meningkatkan angka beban ketergantungan atau dependency ratio. Oleh karena itu, telah diterbitkan Peraturan Pemerintah No. 43 tahun 2004 tentang Pelaksanaan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Lanjut Usia. Upaya tersebut mencakup  pelayanan keagamaan, mental, spiritual; pelayanan kesehatan dan pelayanan umum; kemudahan dalam penggunaan fasilitas umum bagi lansia.

Prof. dr. Ali berharap agar upaya tersebut harus terus ditingkatkan, dijaga dan dipertahankan kesinambungannya, agar masyarakat Indonesia semakin mencintai kesehatan dan semakin mandiri.

“Masalah ini harus diatasi segera, jika tidak maka Indonesia akan menghadapi triple burden yaitu jumlah kelahiran bayi yang tinggi, proporsi penduduk muda yang dominan dan jumlah lansia yang meningkat” ujar Prof. dr. Ali.

Prof. dr. Ali menyatakan berkat pelaksanaan pembangunan kesehatan yang komprehensif dan berkesinambungan selama beberapa dasa warsa terakhir, telah terjadi peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang bermakna di Indonesia. Salah satu indikator derajat kesehatan adalah umur harapan hidup waktu lahir

“Di Indonesia indikator tersebut telah mencapai usia 70,9 tahun pada tahun 2010” kata Prof. dr. Ali.

Prof. dr. Ali menambahkan indikator tersebut juga berdampak pada meningkatnya proporsi penduduk lansia. Oleh karena itu, berbagai program terobosan untuk meningkatkan akses lansia pada pelayanan kesehatan yang bermutu telah dilancarkan Kemenkes antara lain; ditingkatkannya program jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) pada landia terlantar dipanti jompo atau dipanti sosial; tersedianya Posyanduatau Posbindu Lansia serta tersedianya Puskesmas Ramah atau Santun Lansia dan Layanan Geriatri Terpadu di beberapa rumah sakit.

Pada kesempatan tersebut Prof. dr. Ali menyampaikan pesan kepada seluruh jajaran kesehatan agar dapat mempromosikan kesehatan dalam setiap siklus kehidupan; menciptakan lingkungan ramah lansia yang mendorong kesehatan dan partisipasi aktif lansia; menyediakan layanan kesehatan yang ramah bagi lansia dan seluruh siklus kehidupan; meningkatkan peran serta lansia dalam pembuatan kebijakan public; mempertimbangkan pandangan para lansia dalam setiap pengambilan keputusan dalam pembangunan serta menyadari nilai kearifan lansia dan membantu mereka berpartisipasi penuh dalam keluarga dan masyarakat.

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon: 021-52907416-9, faks: 52921669, Pusat Tanggap Respon Cepat (PTRC):             021-500567       dan 081281562620, atau alamat e-mailinfo@depkes.go.id dan kontak@depkes.go.id

Rabu, 11 Januari 2012

ANTISIPASI PENYAKIT DI MUSIM HUJAN

Indonesia saat ini sudah memasuki musim penghujan. Curah hujan tertinggi diperkirakan terjadi pada bulan Januari sampai awal Februari 2012. Datangnya musim hujan merupakan faktor risiko untuk terjadinya penyakit.

Demikian disampaikan Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama mengenai antisipasi penyakit yang biasa muncul pada musim hujan.
Menurut Prof. Tjandra Yoga, beberapa penyakit yang perlu diwaspadai selama musim penghujan adalah penyakit akibat virus seperti influenza, diare;  penyakit akibat bakteri dan parasit, terutama pada daerah yang airnya meluap sehingga bakteri dan parasit dari septic tank dan kotoran hewan terangkat dan hanyut kemudian mengkontaminasi air, bahan pangan, atau menginfeksi langsung manusia, seperti  diare, disentri, kecacingan, leptospirosis; penyakit akibat jamur terutama akibat kelembaban pada pakaian; penyakit tidak menular seperti asma, rhinitis, perburukan penyakit kronik; dan penyakit demam berdarah, karena meningkatnya tempat perindukan nyamuk.

“Pada peralihan musim penghujan ke musim kemarau perlu diwaspadai penyakit demam berdarah. Pada masa ini, populasi nyamuk demam berdarah meningkat karena banyaknya tempat perindukan”, terang Prof. Tjandra.

Sebagai antisipasi dengan datangnya musim penghujan, Kementerian Kesehatan melakukan upaya yaitu meningkatkan promosi kesehatan kepada masyarakat tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), terutama dalam hal penggunaan air bersih; cuci tangan dengan air bersih dan sabun; penggunaan jamban sehat, pemberantasan jentik di rumah, sekolah, kantor, dan lingkungan sekitar; konsumsi buah dan sayur setiap hari; beraktivitas fisik setiap hari; membuang sampah pada tempatnya; tidak meludah sembarangan; serta penggunaan alat pelindung diri, misalnya memakai sepatu boot saat terjadi banjir untuk menghindari infeksi leptospira dan memakai lotion anti nyamuk di wilayah rawan/endemis demam berdarah, tambah Prof. Tjandra.

Prof. Tjandra mengingatkan, untuk meningkatkan kewaspadaan dini dengan surveilans melalui sarana yang tersedia, diantaranya melalui early warning alert response system (EWARS), laporan mingguan kewaspadaan penyakit, surveilans aktif mingguan, dan sms gateway 081318139990; meningkatkan pengawasan faktor risiko lingkungan seperti higiene sanitasi air dan lingkungan, tempat perindukan nyamuk, dan lain-lain terutama di daerah banjir dan rawan banjir oleh dinas kesehatan setempat bekerjasama dengan Balai/Balai Besar Teknis Kesehatan Lingkungan Pemberantasan Penyakit Menular (B/BTKL PPM); menyediakan logistik bahan penjernih air (PAC, pembersih air cepat) di wilayah yang sulit mendapatkan air bersih bila diperlukan; menyiapkan obat dan alat kesehatan yang memadai di Puskesmas, Rumah Sakit dan sarana pelayanan kesehatan; serta berkoordinasi dengan dinas kesehatan provinsi dan  Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian Kesehatan seperti Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) dan B/BTKL, serta lintas sektor.

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon: 021-52907416-9, faksimili: (021) 52960661; 52921669, Pusat Tanggap Respon Cepat (PTRC): 021-500567, atau e-mail kontak@depkes.go.id.